“Konsep kemandirian pangan dan kedaulatan pangan memiliki arti yang berbeda, kemandirian pangan artinya setiap masyarakat khususnya petani berusaha mengupayakan pangannya sendiri. Sedangkan kedaulatan pangan hanya berfokus pada ‘tersedianya’ pangan yang bisa saja bersumber dari pihak lain” ujar TO Suprapto, pendiri Joglo Tani Indonesia.
Konsep Kemandirian Pangan yang dikembangkan oleh Joglo Tani selaras dengan slogan JAMTANI yaitu “Membangun Kemandirian Petani”.
 
Kemandirian petani dapat diartikan sebagai kemampuan petani untuk memproduksi pangan sendiri tanpa bergantung pada bantuan dari pihak luar. Kemandirian petani menjadi penting karena mereka merupakan produsen utama pangan di suatu negara atau wilayah. Kemandirian petani dapat dicapai dengan memberikan dukungan dan pemberdayaan kepada mereka dalam bentuk akses terhadap teknologi, permodalan, pasar, dan informasi.
Dengan mencapai kemandirian pangan dan kemandirian petani, diharapkan dapat tercipta sistem pangan yang lebih berkelanjutan dan adil, serta dapat meningkatkan kesejahteraan petani dan masyarakat. Hal ini juga dapat memperkuat ketahanan pangan suatu negara atau wilayah dalam menghadapi perubahan iklim dan krisis pangan global yang dapat terjadi di masa depan.
Joglo Tani Indonesia berlokasi di Jalan Godean, Km 9 Dusun Mandungan, Kalurahan Margoluwih, Kapanewon Sayegan, Kabupaten Sleman,Yogyakarta. 
  
Petani dan staff JAMTANI belajar kemandirian pangan melalui model pertanian terpadu yang memadukan beberapa aspek-aspek pertanian, perikanan dan perternakan dalam satu lahan sekitar 2.000 meter persegi. Terdapat lahan untuk pengembangan komoditas sayuran organik, kolam perikanan, dan kandang peternakan itik dan kambing.
Adapun slogan berkaitan dengan pangan untuk memotivasi keluarga petani dalam mewujudkan kemandirian pangan yaitu “Bersama, Bersepakat, Berbuat, Makan yang kita tanam, Tanam yang kita makan, Akar, Batang, Daun, Bunga, Buah, Ikan, Angsa, Ternak besar.”
 
Joglo Tani sebagai tempat edukasi menyiapkan para petani, khususnya petani muda untuk mendapatkan penghasilan dari usaha pertanian terpadu. Penghasilan itu tidak hanya harian, tetapi juga mingguan, bulanan, dan tahunan. Misalnya pendapatan harian, dari telur itik, mingguan dari telur asin, bulanan dari sayuran, ikan, dan tahunan dari kambing dan sapi.
Selanjutnya pengelolaan limbah peternakan berbasis zero waste menghasilkan produksi pupuk organik yang mempunyai kandungan hara yang bersaign dengan pupuk konvensional. Hal ini mendorong petani untuk mengembangkannya di tempatnya masing-masing untuk memenuhi kebutuhannya sehingga terciptanya kemandirian petani.